FIELD TRIP MUSEUM RONGGOWARSITO
LAPORAN
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Islam Budaya Jawa
Dosen
Pengampu : M. Rikza
Chamami, MSI

Oleh
:
Dwi Fitriani Izqi (1403026041)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016
Pada
mata kuliah Islam dan Budaya Jawa, Bapak M. Rikza Chamami selaku dosen pengampu mengadakan field trip (karyawisata) pada akhir
perkuliahan, tepatnya dilaksanakan pada Sabtu Legi,17 Desember 2016 pukul 09.00
Wib di Museum Ronggowarsito yang terletak di Jalan Abdurrahman Saleh No 1,
Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Kota Semarang. Mahasiswa diwajibkan
berpakaian baju kebaya atau baju adat etnik dengan membawa alat tulis dan
kamera untuk mengabadikan moment bersama teman-teman dan mengambil gambar
koleksi-koleksi yang ada di dalam Museum Ronggowarsito. Museum ini memiliki koleksi sejarah, alam, arkeologi,
kebudayaan, era pembangunan dan wawasan nusantara dengan total koleksi 59.802
buah dan menempati luas tanah 1,8 hektare yang resmi dibuka
oleh Prof. Dr. Fuad Hasan pada tanggal 5 Juli 1989.
Museum Ronggowarsito mempunyai berbagai
koleksi benda maupun miniatur dari peninggalan sejarah kebudayaan Jawa yang
berkaitan dengan kebudayaan Islam. Berikut akan dipaparkan beberapa koleksi
yang berkaitan dengan budaya Jawa Islam, diantaranya sebagai berikut:
1. Miniatur
Masjid Menara Kudus
Masjid Menara
Kudus terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah,
dan dibangun oleh Sunan Kudus (Syekh Jafar Sodiq) pada tahun 1549 M/956 H. Masjid
Kudus memiliki luas ± 2400 m². Masjid Menara Kudus merupakan salah satu
peninggalan sejarah, sebagai bukti proses penyebaran Islam di Tanah Jawa.
Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara kebudayaan
Islam dan kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong
unik dan bergaya arsitektur tinggi. Di serambi depan masjid terdapat sebuah
pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang
kembar", konon kabarnya gapura tersebut berasal dari bekas kerajaan Majapahit.


2. Pelana
Kuda Sunan Muria
Sunan Muria adalah salah satu anggota Wali Songo,
dia dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Nama Sunan Muria
sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), tempat dia
dimakamkan. Kebetulan tugas Sunan Muria untuk mengislamkan atau mentauhidkan
orang-orang kampung pelosok desa dengan
kendaraan beliau yakni kuda putih, yang samapai sekarang pelana kudanya masih
ada.

3. Candi
Borobudur
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah,
sekitar 40 km dari Yogyakarta dan dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad
ke-9. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa
atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan
selesai sekitar menjelang tahun 900-an M. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat
yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar
melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat
beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa
terdapat patung Buddha. Borobudur memiliki ketinggian total 42 meter. Saat ini,
Borobudur telah menjadi obyek wisata
yang menarik banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu, Candi
Borobudur telah menjadi tempat suci bagi penganut Buddha di Indonesia dan
menjadi pusat perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu Waisak.

4. Miniatur
Masjid Agung Demak
Masjid
Agung Demak merupakan Masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini merupakan tempat
berkumpulnya para wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut
Wali Songo. Pendiri masjid ini adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari
Kesultanan Demak sekitar abad 15 M. Raden
Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan
memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti
Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus
terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4
(empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu).
Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Penampilan
atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari
tiga bagian: iman, Islam, dan ihsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar