Rabu, 04 Januari 2017

laporan museum ronggowarsito



FIELD TRIP MUSEUM RONGGOWARSITO
LAPORAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam Budaya Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, MSI


Oleh :

Dwi Fitriani Izqi         (1403026041)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016
Pada mata kuliah Islam dan Budaya Jawa, Bapak M. Rikza Chamami selaku dosen pengampu mengadakan field trip (karyawisata) pada akhir perkuliahan, tepatnya dilaksanakan pada Sabtu Legi,17 Desember 2016 pukul 09.00 Wib di Museum Ronggowarsito yang terletak di Jalan Abdurrahman Saleh No 1, Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Kota Semarang. Mahasiswa diwajibkan berpakaian baju kebaya atau baju adat etnik dengan membawa alat tulis dan kamera untuk mengabadikan moment bersama teman-teman dan mengambil gambar koleksi-koleksi yang ada di dalam Museum Ronggowarsito. Museum ini  memiliki koleksi sejarah, alam, arkeologi, kebudayaan, era pembangunan dan wawasan nusantara dengan total koleksi 59.802 buah dan menempati luas tanah 1,8 hektare yang resmi dibuka oleh Prof. Dr. Fuad Hasan pada tanggal 5 Juli 1989.
Museum Ronggowarsito mempunyai berbagai koleksi benda maupun miniatur dari peninggalan sejarah kebudayaan Jawa yang berkaitan dengan kebudayaan Islam. Berikut akan dipaparkan beberapa koleksi yang berkaitan dengan budaya Jawa Islam, diantaranya sebagai berikut:
1.      Miniatur Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah, dan dibangun oleh Sunan Kudus (Syekh Jafar Sodiq) pada tahun 1549 M/956 H. Masjid Kudus memiliki luas ± 2400 m². Masjid Menara Kudus merupakan salah satu peninggalan sejarah, sebagai bukti  proses penyebaran Islam di Tanah Jawa. Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong unik dan bergaya arsitektur tinggi. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang kembar", konon kabarnya gapura tersebut berasal dari bekas kerajaan Majapahit.
       


2.      Pelana Kuda Sunan Muria
Sunan Muria adalah salah satu anggota Wali Songo, dia dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), tempat dia dimakamkan. Kebetulan tugas Sunan Muria untuk mengislamkan atau mentauhidkan orang-orang kampung pelosok  desa dengan kendaraan beliau yakni kuda putih, yang samapai sekarang pelana kudanya masih ada.


3.      Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta dan dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an M. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung Buddha. Borobudur memiliki ketinggian total 42 meter. Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi penganut Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu Waisak.


4.      Miniatur Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan Masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini merupakan tempat berkumpulnya para wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut Wali Songo. Pendiri masjid ini adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad 15 M. Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian: iman, Islam, dan ihsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar